Senin, 09 Desember 2013

Ekskresi dan Osmoregulasi




Reaksi metabolisme tidak hanya menghasilkan ATP dan zat bermanfaat lainnya, tetapi juga menghasilkan zat sisa. Semua zat sisa tersebut harus dikeluarkan dari tubuh, oleh karena itu ikan memiliki alat/organ pengeluaran yang berfungsi untuk membuang berbagai zat sisa metabolisme. Sistem pengeluaran juga berperan penting dalam proses osmoregulasi dan mengeliminasi sisa nitrogen hasil dari metabolisme protein. Alat pengeluaran ikan terdiri dari: insang, kulit dan sepasang ginjal. Berkembang dua tipe ginjal pada ikan, yaitu pronephros dan mesonephros. Keduanya mirip, perbedaad prinsip adalah tingkat kompleksitasnya.
Ikan beradaptasi terhadap lingkungannya dengan cara khusus. Terdapat perbedaan adaptasi antara ikan air laut dan ikan air tawar dalam proses eksresi. Keduanya memiliki cara yang berlawanan dalam mempertahankan keseimbangan kadar garam di dalam tubuhnya.
         Air garam cenderung menyebabkan tubuh terdehidrasi, sedangkan pada kadar garam rendah dapat menyebabkan naiknya konsentrasi garam tubuh. Ginjal ikan harus berperan besar untuk menjaga keseimbangan garam tubuh, selain itu kulit dan membran mulut juga berperan dalam menjadga keseimbangan garam tubuh.

DEFINISI :
Sistem Ekskresi adalah sistem pembuangan sisa hasil metabolisme tubuh ( berupa gas, cairan, dan padatan ).
Sistem Osmoregulasi adalah sistem pengaturan keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh ( air dan darah ) dengan tekanan osmotik habitat (perairan).
Organ-organ dalam sistem ekskresi : kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.
Organ-organ sistem osmoregulasi : kulit, ginjal, insang, lapisan tipis mulut..

.SYSTEM EKSKRESI IKAN
Alat ekskresi ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang, berwarna kemerah-merahan, terletak di bagian atas rongga perut, di luar peritonium, di bawah tulang punggung dan aorta dorsalis, jumlah ginjal sebanyak satu pasang. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas, saluran ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Saluran urogenital terletak di belakang anus, sedangkan pada beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka.  Karena ikan hidup di air, ikan harus selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya.

Fungsi ginjal
1. Menyaring sisa-sisa proses metabolisme untuk dibuang. Sedangkan  zat-zat yang diperlukan tubuh diedarkan lagi melalui darah
2. Mengatur kekentalan urin yang dibuang untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik cairan tubuh.
Tekanan osmotik cairan tubuh berbeda antara ikan-ikan bertulang sejati (Teleostei) yang hidup di laut dengan yang hidup di perairan tawar, demikian juga dengan ikan-ikan bertulang rawan (Elasmobranchii), sehingga struktur dan jumlah ginjalnya juga berbeda, demikian juga dengan sistem osmoregulasinya.
Pada ikan yang bernapas dengan insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalitas dan karbondioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernapas dengan paru-paru, karbondioksida dikeluarkan melalui paru-paru, dan urin dikeluarkan melalui kloaka. Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidupnya di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan urin alam jumlah yang besar. Sebaliknya ikan yang hidup di laut akan mengekskresikan ammonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.


Type anatomi ginjal : - Pronephros
                                - Mesonephros
Pronephros : Mempunyai struktur sangat sederhana, di bagian anterior terdapat corong disebut nephrostome  yang terbuka ke dalam rongga tubuh dan dilengkapi cilia. Pronephros terletak di depan mesonephros. Pada sebagian besar ikan, pronephros berfungsi pada awal kehidupan ( embryo dan larva ), setelah ikan dewasa fungsinya akan digantikan oleh mesonephros. Perkecualian pada ikan ”hagfish dan lamprey.
Mesonephros : Susunan lebih rumit sari pada pronephros. Terdiri dari unit-unit yang disebut nephron. Nephron trdiri dari :
-    Badan malphigi (renal corpuscle), yang terdiri dari : Glomerulus, kapsula Bowman
-    Tubuli ginjal terdiri dari : bagian leher, proximal, tengah, distal yang bermuara ke saluran pengumpul
Jumlah glomerulus ikan air tawar lebih banyak dan diameternya lebih besar dibandingkan dengan ikan laut. Diameter glomerulus ikan air tawar 48-104 µ ( rata-rata 71 µ ), sedangkan glomerulus ikan laut : 27-94 µ ( rata-rata 48 µ )  


Proses ekskresi
Glomerulus dan kapsul Bowman berfungsi untuk menyaring hasil buangan metabolik yang terdapat dalam darah. Darah tidak ikut tersaring dan masuk ke vena renalis. Protein tetap tertahan di dalam darah. Cairan ekskretori ini kemudian masuk ke tubuli ginjal. Glukosa, beberapa mineral dan cairan (solution) lainnya diserap kembali ke dalam darah.  Beberapa hormon ikut berperan dalam penyaringan  dan penyerapan kembali. Hasil buangan metabolik yang tidak tersaring dan tidak terserap kembali akan masuk ke saluran pengumpul dan terus ke kantung urin dan kemudian dikeluarkan melalui lubang pelepasan.

PENGELUARAN SENYAWA BERNITROGEN
Makanan yang dimakan hewan pada umumnya mengandung karbohidrat, lemak dan protein serta sejumlah kecil asam nukleat. Metabolisme karbohidrat dan lemak akan menghasilkan  zat sisa berupa CO2 dan air. Kedua jenis zat sisa tersebut dapat dikeluarkan dengan mudah melalui organ pernafasan dan organ pengeluaran, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi tubuh.
Hal yang menimbulkan masalah adalah metabolisme senyawa bernitrogen (terutama protein ) dan asam nukleat. Di dalam tubuh protein dihidrolisis menjadi asam amino. Sementara ikan tidak dapat menyimpan kelebihan  asam amino sehingga zat tersebut harus dikeluarkan dari tubuh atau mengalami metabolisme lebih lanjut. Selama metabolisme asam amino diubah menjadi senyawa lain yang dapat diproses lebih lanjut menjadi glukosa.
Metabolisme asam amino disebut deaminasi. Proses ini menghasilkan zat sisa berupa ammonia. Reaksi deaminasi dapat terjadi secara langsung atau melalui reaksi transdeaminasi. Dalam reaksi transdeaminasi, mula-mula asam amino diubah menjadi senyawa lain yang dapat di deaminasi lebih lanjut untuk menghasilkan ammonia.
Asam nukleat (purin dan pirimidin) akan diuraikan dengan cara yang sama dan menghasilkan ammonia. Apabila zat tersebut tidak dikeluarkan, tubuh hewan akan penuh dengan amonia, suatu senyawa yang sangat toksik. Oleh karena itu ikan harus berusaha untuk mengeluarkan amonia dari dalam tubuhnya. Pengeluaran amonia dapat dilakukan dengan salah satu  cara berikut :
  1. Mengeluarkan tanpa mengubahnya
  2. Mengubahnya terlebih dahulu menjadi urea dan kemudian mengeluarkannya

Pengeluaran nitrogen dalam bentuk amonia
Hewan  mengeluarkan nitrogen dalam bentuk amonia dinamakan hewan amonoptelik, misalnya Teleostei, siklostomata. Di dalam tubuh ikan amoniak dapat menimbulkan berbagai gangguan, antara lain mengubah pH intra sel yang selanjutnya  akan mempengaruhi metabolisme intrasel dengan mengubah fungsi enzim dan protein. Amonia dapat mengubah fungsi mitokondria dan bersifat sangat toksik. Namun, amonia sangat mudah larut dalam air. Reaksi antara amonia dan air adalah sebagai berikut ;
                                         +
NH2 + H2O                NH4  + OH-

Pengeluaran nitrogen dalam bentuk amoniak hanya dilakukan oleh hewan akuatik (amonotelik). Bagi hewan akuatik, pembentukan amonia di dalam tubuh tidak menimbulkan masalah karena amonia sangat  mudah larut dalam air dan mudah menembus membran sel sehingga akan segera keluar dari tubuh. Apalagi di luar tubuh tersedia air dalam jumlah yang banyak, yang akan segera melarutkan dan menetralkan sifat toksis amonia. Pada Teleostei  sebagian besar amonia dikeluarkan dari dalam tubuh melalui insang. Ikan karper dan ikan mas melakukannya melalui insang dan ginjal. Dalam hal ini, pengeluaran amonia melalui insang mencapai 6-10 kali lebih besar dari pada pengeluaran melalui ginjal. Oleh karena itu amonia yang terbentuk dalam jumlah besar dengan sifat toksik yang tinggi, tidak menjadi masalah bagi hewan akuatik, terutama sekali yang hidup diperairan yang luas.

Pengeluaran nitrogen dalam bentuk urea
Urea adalah senyawa yang mudah larut dalam air, memiliki toksisitas lebih rendah dari pada amonia, dan merupakan hasil sisa bernitrogen yang utama pada hewan terestrial, dibandingkan dengan amonia, urea memiliki toksisitas dan tingkat kelarutan dalam air yang lebih kecil. Hewan yang menghasilkan dan mengeluarkan urea disebut ureotelik. Urea disintesis melalui siklus urea.
Setelah urea terbentuk di dalam tubuh, urea mengalami nasib yang bervariasi tergantung pada jenis hewan. Pada hiu dan ikan pari, urea yang dihasilkan tidak dikeluarkan dari dalam tubuh melainkan direabsorpsi dan masuk kembali ke sirkulasi darah. Ternyata hal ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan nilai osmolalitas total dalam darah dan sekaligus sangat penting bagi osmoregulasi. Oleh karena itu pada ikan tersebut urea tidak disebut sebagai zat sisa, melainkan senyawa yang sangat penting bagi tubuh. Tanpa urea ikan hiu dan pari tidak tahan berhidup.

OSMOREGULASI
Konponen utama penyusun tubuh hewan adalah air, yang jumlahnyamencapai 60-95% dari berat tubuh hewan. Air tersebar pada berbagai bagian tubuh, baik di dalam sel (sebagai cairan intrasel:CIS), maupun diluar sel (sebagai cairan ekstrasel:CES). CES sendiri tersebar pada berbagai bagian tubuh. Dalam CES terlarut berbagai macam zat, meliputi berbagai macam ion, sisa metabolisme sel, hormon. Konsentrasi setiap jenis zat dalam tubuh dapat berubah setiap saat, tergantung pada berbagai faktor.
Sekalipun demikian hewan harus mampu  mempertahankan keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut pada tingkatan yang tepat. Mekanisme untuk mengatur jumlah air dan konsentrasi zat terlarut disebut osmoregulasi. Jadi osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut yang ada dalam tubuh hewan.

Pentingnya osmoregulasi bagi hewan
Proses inti dalam osmoregulasi adalah osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan yang mempunyai kandungan air lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air lebih rendah ( yang lebih pekat). Osmosis baru akan berhenti apabila kedua larutan mencapai konsentrasi yang sama.Apabila keadaan ini telah tercapai , berarti kedua larutan sudah mencapai kondisi isotonis. Istilah isotonis sering digunakan untuk menyebut dua macam larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama (isoosmotik). Istilah tersebut sering digunakan pada saat membahas tekanan osmotik dua macam cairan, misalnya tekanan osmotik pada cairan di dalam dan di luar sel atau antara cairan tubuh dan air laut. (lingkungan hdup hewan}
Jika suatu larutan mempunyai konsentrasi osmotik lebih tinggi, tekanan osmotiknya juga lebih tinggi. Larutan yang mempunyai konsentrasi osmotik lebih tinggi daripada larutan yang lain disebut larutan hiperosmotik. Sebaliknya larutan yang mempunyai konsentrasi omotik lebih rendah daripada larutan lainnya dinamakan larutan hipoosmotik. Sedangkan istilah tonisitas  mengacu pada tanggapan suatu sel, jika sel tersebut diletakkan dalam larutan yang berbeda. Jadi penentuan sifat suatu larutan/ cairan sebagai cairan hipotonis, hipertonis, isotonis.
Mengapa hewan harus melakukan osmoregulasi? Alasan utamanya ialah  karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan terjadinya perubahan arah aliran arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Misalnya, dalam keadaan tertentu air di dalam sel epitel tubulus ginjal seharusnya bergerak dari sel tersebut ke pembuluh darah. Akan tetapi karena tonisitas atau tekanan osmotik pada bagian tersebut tidak dipertahankan dengan baik, kemungkinan air akan bergerak ke arah yang tidak diharapkan, misalnya ke lumen tubulus ginjal dan selanjutnya dikeluarkan dari ginjal. Hal ini dapat menyebabkan hewan kehilangan air secara berlebihan, dan kondisi ini tidak diharapkan. Dari contoh tersebut, jelas bahwa perubahan tekanan osmotik dapat menyebabkan perubahan arah aliran air/ zat terlarut, yang mungkin berdampak tidak baik terhadap fungsi maupun struktur sel. Dengan demikian hewan harus mengadakan osmoregulasi agar cairan di dalam tubuhnya tetap dalam keadaan homeostasis osmotik. Akan tetapi kenyataan menunjukkan tidak semua hewan dapat melakukan osmoregulasi dengan baik. Hewan yang mampu melakukan osmoregulasi dengan baik disebut hewan osmoregulator. Apabila tidak mampu mempertahankan tekanan osmotik di dalam tubuhnya, hewan harus melakukan  berbagai penyesuaian (adaptasi) agar dapat bertahan di tempat hidupnya. Hewan yang memperlihatkan kemampuan demikian dinamakan hewan  osmokonformer. Adaptasi dapat dilakukan oleh hewan osmokonformer, sepanjang perubahan yang terjadi dilingkungannya tidak terlalu besar dan masih ada pada kisaran toleransi yang dapat diterimanya. Jika perubahan keadaan lingkungan terlalu besar, osmokonformer kemungkinan tidak dapat bertahan hidup di tempat tersebut, dan kemungkinan akan mati. Atau dapat berpindah tempat/migrasi untuk mencari lingkungan yang lebih sesuai.
Setiap jenis lingkungan  memberikan berbagai faktor pendukung khas bagi hewan yang hidup di dalamnya, sekaligus mengandung ancaman tertentu yang dapat membahayakan kehidupan hewan. Demikian pula kemampuan dan jenis organ tubuh yang dimiliki setiap hewanpun berbeda. Oleh karena itu mekanisme osmoregulasi yang dilakukan hewan juga berbeda-beda, dan menunjukkan adanya variasi yang sangat luas. Hal yang pasti bahwa cara yang dilakukan hewan sepenuhnya tergantung pada kemampuan dan alat/ organ osmoregulasi yang dimiliki, serta keadaan lingkungan masing-masing.

Osmoregulasi pada ikan yang hidup di lingkungan air laut
Kebanyakan hewan laut osmokonformer, ditandai dengan adanya konsentrasi osmotik cairan tubuhnya yang sama dengan air laut tempat hidup mereka. Hal ini berarti bahwa mereka berada dalam keseimbangan osmotik dengan lingkungannya ( tidak ada perolehan atau kehilangan air ). Akan tetapi ini bukan berarti bahwa mereka berada pada keseimbangan ionik. Jadi antara air laut dan cairan di dalam tubuh ikan terdapat perbedaan komposisi ion, yang akan menghasilkan gradien konsentrasi. Dalam keadaan demikian, ikan memiliki peluang untuk memperoleh masukan ion tertentu dari air laut, apabila konsentrasi ion tersebut di laut lebih tinggi daripada yang terdapat di dalam tubuh ikan. Pemasukan ion tersebut akan membuat cairan tubuh hewan menjadi hiperosmotik di banding air laut, dan keadaan tersebut akan menyebabkan terjadinya pemasukan air ke dalam tubuh ikan. Dengan cara demikian ikan osmokonformer dapat memperoleh masukan berbagai macam zat yang dibutuhkannya.Konsentrasi osmotik plasma ikan laut pada umumnya mendekati sepertiga dari konsentrasi osmotik air laut. Dengan demikian mereka adalah regulator hipoosmotik.
Teleostei laut, yang mempunyai cairan tubuh hipoosmotik terhadap air laut, mempunyai mekanisme adaptasi tertentu yang bermanfaat untuk menghindari kehilangan air dari tubuhnya. Pada hewan ini kehilangan air dari tubuhnya terutama terjadi melalui insang. Sebagai penggantinya, hewan ini akan minum air laut dalam jumlah banyak. Namun cara tersebut menyebabkan garam yang ikut masuk ke dalam tubuh menjadi banyak pula. Kelebihan garam ini harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Pengeluaran kelebihan garam dalam jumlah besar dilakukan melalui insang, karena insang ikan mengandung sel khusus yang disebut sel klorit. Sel klorit adalah sel yang berfungsi untuk mengeluarkan NaCl dari plasma ke air laut secara aktif
Pada Elasmobranchii memiliki masalah berupa pemasukan Na+ yang  terlalu banyak ke dalam tubuhnya ( melalui insang ). Untuk mengatasi masalah tersebut, elasmobrankhii menggunakan kelenjar khusus, yaitu kelenjar rektal, yang sangat penting untuk mengeluarkan kelebihan Na+ secara aktif. Kelenjar rektal merupakan kelenjar khusus yang terbuka ke arah rektum dan menyekresikan cairan yang kaya NaCl. Masalah lain yang dihadapi elasmobrankhii ialah adanya perolehan air yang terlalu sedikit. Untuk mengatasinya hewan menghasilkan sedikit urin. Sekalipun hanya sedikit, urin tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl.
Sejumlah mamalia laut contoh ikan lumba-lumba dan ikan paus, menghadapi masalah pemasukan garam yang terlalu banyak ke dalam tubuhnya, yang masuk bersamaan dengan makanan. Masalah tersebut diatasi dengan memiliki ginjal yang efisien sehingga dapat menghasilkan urin yang sangat pekat. Dengan ginjal semacam itu, dapat dipastikan bahwa kelebihan garam dapat dikeluarkan dari tubuh. Urin yang dihasilkan mempunyai kepekatan 3-4 kali dari cairan plasmanya.

Osmoregulasi pada ikan  yang hidup di lingkungkungan air tawar
Ikan air tawar  adalah  ikan yang menghabiskan sebagian atau seluruh hidupnya di air tawar, seperti sungai dan danau, dengan salinitas kurang dari 0,05%. Dalam banyak hal lingkungan ini berbeda dengan lingkungan perairan laut, dan yang paling membedakan adalah tingkat salinitasnya. Untuk bertahan di air tawar, ikan membutuhkan adaptasi fisiologis yang bertujuan menjaga keseimbangan konsentrasi ion dalam tubuh. 41% dari seluruh spesies ikan diketahui berada di air tawar. Hal ini karena spesiasi yang cepat yang menjadikan habitat yang terpencar menjadi mungkin untuk ditinggali.
Masalah yang dihadapi ikan yang hidup di lingkungan air tawar merupakan kebalikan dari masalah yang dihadapi ikan yang hidup di lingkungan laut. Ikan air tawar mempunyai cairan tubuh dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertonis). Berarti mereka terancam oleh 2 hal utama, yaitu : kehilangan garam dan pemasukan air yang berlebihan.
Ikan air tawar membatasi pemasukan air (dan kehilangan ion) dengan cara membentuk permukaan tubuh yang impermeable terhadap air. Meskipun demikian air dan ion tetap dapat bergerak melewati insang yang relatif terbuka. Air yang masuk ke dalam tubuh dikeluarkan dalam bentuk urin. Laju aliran urin pada ikan air tawar jauh lebih tinggi daripada ikan laut.
Akan tetapi pengeluaran urin juga menyebabkan pengeluaran ion. Oleh karena itu, ikan perlu melakukan transport aktif untuk memasukkan ion ke dalam tubuhnya terutama melalui insang.
Teleostei air tawar memiliki konsentrasi osmotik yang lebih tinggi daripada air tawar (mendekati 300 mOsm per liter).Oleh karena itu ikan ini mempunyai peluang besar untuk memasukkan air ke dalam tubuhnya, terutama melalui insang. Kelebihan air itu  akan dikeluarkan lewat urin, namun dengan cara ini sejumlah garampun akan hilang dari tubuh bersama urin. Sebagian garam meninggalkan tubuh  ikan melalui insang. Sebagai pengganti garam yang hilang, ikan akan mengambil garam melalui insang dengan transport aktif. Dalam hal  ini ikan berfungsi sebagai  alat untuk memasukkan garam ke dalam tubuh dengan cara transport aktif, sekaligus untuk membuang kelebihan garam secara difusi.
Ikan air tawar berbeda secara fisiologis dengan ikan air laut  dalam beberapa aspek. Insang mereka harus mampu mendifusikan air sambil menjaga kadar garam dalam cairan tubuh secara simultan. Adaptasi pada bagian sisik ikan juga memainkan peran penting; ikan air tawar yang kehilangan banyak sisik akan mendapatkan kelebihan air yang berdifusi ke dalam kulit, dan dapat menyebabkan kematian pada ikan.
Karakteristik lainnya terkait ikan air tawar adalah ginjalnya yang berkembang dengan baik. Ginjal ikan air tawar berukuran besar karena banyak air yang melewatinya. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai urine. Ginjal mempunyai glomeruli dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa urine sebanyak-banyaknya. Ketika cairan dari badan malphigi memasuki tubuli ginjal, glukosa akan diserap kembali pada tubuli proksimalis dan garam-garam diserap kembali pada tubuli distalis. Dinding tubuli ginjal bersifat impermeable (kedap air/ tidak dapat ditembus) terhadap air. Urine yang dikeluarkan ikan sangat encer dan mengandung sejumlah kecil senyawa nitrogen, sepert : Asam urat, creatin, creatinine, ammonia.
Meskipun urine mengandung sedikit garam, keluarnya air  yang berlimpah menyebabkan jumlah kehilangan garam yang cukup besar. Garam-garam juga hilang karena difusi dari tubuh. Kehilangan garam ini diimbangi dengan garam-garam yang terdapat pada makanan dan penyerapan aktif melalui insang.
Pada golongan ikan teleostei terdapat gelembung urine (urinary bladder) untuk menampung urine. Disini dilakukan penyerapan kembali terhadap ion-ion. Dinding gelembung urine bersifat impermeable terhadap air

Osmoregulasi hewan pada lingkungan payau
Tidak semua hewan akuatik selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut dan air tawar). Sejumlah ikan laut atupun ikan air tawar pada saat-saat tertentu masuk ke daerah payau. Lingkungan payau ialah lingkungan akuatik di daerah pantai, yang merupakan tempat pertemuan antara sungai dan laut.
Pada beberapa jenis ikan lamprey, salmon dan belut, perpindahan antara air tawar dan air laut merupakan bagian dari siklus hidup yang normal. Banyak spesies bereproduksi di air tawar namun menghabiskan sebagian besar kehidupannya di laut. misalnya salmon. Beberapa ikan, secara berlawanan, lahir di laut dan hidup di air tawar, misalnya belut.
Ada juga hewan akuatik yang hidup menetap di daerah perairan payau. Hewan yang demikian pasti memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam di habitatnya, mengingat bahwa kadar garam di daerah payau selalu berubah
Spesies yang bemigrasi antara air laut dan air tawar membutuhkan adaptasi pada kedua lingkungan. Ketika berada di dalam air laut, mereka harus menjaga konsentrasi garam dalam tubuh mereka lebih rendah dari pada lingkungannya. Sedangkan ketika berada di air tawar, mereka harus menjaga kadar garam berada di atas konsentrasi lingkungan sekitarnya. Banyak spesies yang menyelesaikan masalah ini dengan berasosiasi dengan habitat berbeda pada berbagai tahapan hidup. Belut, bangsa salmon, dan lamprey memiliki toleransi salinitas di berbagai tahap kehidupan mereka.
Belut  meskipun dengan kemampuannya yang terbatas. Ketika berpindah dari air tawar ke air laut, dalam waktu 10 hari belut akan kehilangan air secara osmotik, yang besarnya mencapai 4% dari berat tubuhnya. Apabila hewan ini diperlakukan sedemikian rupa sehingga tidak dapat minum air laut ( misalnya dengan cara menempatkan balon pada esofagusnya), belut tersebut akan terus menerus kehilangan air hingga akhirnya mengalami dehidrasi, dan segera mati dalam beberapa hari. Namun apabila kemudian belut tersebut dibiarkan minum kembali air laut, berat tubuh yang hilang akan segera digantikan dan mencapai keadaan seimbang dalam waktu 1-2 hari. Pengambilan maupun pembuangan air dan berbagai zat terlarut pada belut berlangsung melalui insang, dengan arah aliran yang berlawanan. Akan tetapi mekanisme yang menyebabkan perubahan arah transport zat melalui insang tersebut belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan mekanisme tersebut melibatkan peran hormon.

PENGARUH HORMONAL TERHADAP SEKRESI DAN OSOREGULASI
Ekskresi dan osmoregulasi di atur oleh kelenjar endokrin (hormon). Hormon dapat mempengaruhi ginjal dengan menaikkan atau menurunkan tekanan darah yang mengubah laju penyaringan ke dalam kapsula Bowman, yang berarti pula mengubah jumlah cairan ekskresi. Hormon juga bisa mempengaruhi ekskresi ginjal dengan cara tertentu pada sel tubuli ginjal untuk mengubah permeabilitas dan laju penyerapan kembali terhadap substansi tertentu. Hormon juga mempenyaruhi penyaringan maupun penyerapan pada insang.

 By: Tyas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.